Memperingati 125 tahun Gereja Kristus di pulau Sumba. Sekilas berita dan Surat Gembala Uskup

Memperingati 125 tahun Gereja Kristus di pulau Sumba. Sekilas berita dan Surat Gembala Uskup
Dari Komunitas FMA Sta.Maria Mazzarello (Palla-Sumba)

Palla (Sumba-Indonesia) – Sebagai Putri- Putri Maria Penolong Umat Kristiani, yang berkarya di tanah misi tercinta ini, kami ingin membagi kegembiraan dengan semua. Kabar gembira bagi keuskupan kami yang sedang bergema seperti Gong Sumba. Tahun ini kami sebagai gereja perdana sedang mempersiapkan hati kami untuk berjalan bersama semua umat Katolik di pulau tercinta ini, berjalan menuju 125 Tahun berdirinya Gereja Kristus di pulau kami, Sumba tercinta.

 

Ini bukan, sekedar kabar sukacita, tetapi ini tanggunjawab besar dan waktu yang sama adalah sebuah panggilan untuk tetap setia kepada Kristus, dalam mewartakan SabdaNya kepada semua orang yang belum mengenal Kristus.

Dengan kesempatan ini, dengan Semangat Paskah, Kamipun  ingin mencgucapkan Selamat Paskah untuk semua yang membaca berita ini.

“Paskah Pesta Kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus, adalah perayaan perdamaian antara Allah dan kita umat manusia. Dengan Kebangkitan Kristus, membawa kita semangat dan hidup baru. Kita semua adalah peziarah seperti para rasul di Emaus, berlari dari Yerusalem karena kecewa, frustasi, sedih dan takut! Tetapi sesudah Tuhan Menampakan diri pada kita, dengan lebih penuh kegembiraan dan percaya, kita kembali ke kehidupan kita, dengan semangat mewartakan kepada semua orang bahwa “Kristus Benar-benar Bangkit” untuk kita, di anatara kita dan Dia mengutus kita untuk pergi dan mewartakan SabdaNya”.

Berita ini kutipan dari «Surat gembala Uskup – Paskah 2013. Perayaan Kenangan 125 Tahun Gereja Katolik di Pulau Sumba»

Umat Katolik se keuskupan Weetebula yang terkasih dalam Kristus!

Paskah sebagai pesta kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus. Adalah perayaan pembebasan kita dari perbudakan dosa. Dengan menderita dan wafat di kayu salib, Tuhan Yesus menebus dosa-dosa kita dan mendamaikan kita dengan Allah….Laksana cahaya surgawi yang bersinar dalam kegelapan dunia, seperti di lambangkan dalam upacara lilin Paskah, demikian wafat dan kebangkitan Kristus menjadi sinar penebusan yang menghapus kegelapan dunia.

Berita tentang peristiwa penyelamatan ini dengan sendirinya menjadi kabar gembira, kabar yang menyenangkan, kabar yang dinanti-nantikan oleh setiap manusia yang percaya kepada Allah. Supaya berita ini didengar, diimani dan dimaknai oleh seluruh umat manusia, maka setelah kebangkitan-Nya , Tuhan mengutus murid-murid-Nya kepada segala bangsa untuk mewartakan Injil tentang Allah yang telah menebus manusia dari maut sebagai hukuman dosa. Kepada para murid-NyaYesus berkata:” Pergilah ke seluruh dunia, beritankanlah Injil kepada segala mahkluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan di hukum” (Mk 16,15-16).

Umat Allah yang terkasih!

Atas dasar perutusan Kristus inilah, yakni perutusan untuk mewartakan Injil tentang karya belah-kasih Allah yang menebus dosa manusia dan membebaskan kita dari kematian kekal, maka para misionaris (Ordo) Yesuit: Pater Bernhard Schweitz dan Bruder Willem Busch bersama beberapa pemuda katolik dari pulau Flores, diutus ke tanah Sumba. Tentu saja bukan kebetulan, bahwa mereka tiba di pantai Ketewel dan selanjutnya ke kampung Karuni, kemudian diberi tempat di Pakamandara, tepat pada hari Paskah tgl, 21 tahun 1889. Semua peristiwa ini tentu mempunyai makna tersendiri bagi Gereja Katolik di pulau  Sumba. Tahun 2014 mendatang, kita akn merayakan peringatan 125 tahun, kedatangan para pionir Gereja katolik ini, yang diutus ke tanah  Sumba untuk membawa berita gembira tentang keselamatan, yang sekaligus berarti perayaan 125 tahun, berdirinya Gereja katolik di pulau kita tercinta ini. Bersama Santo Paulus kitapun berseru: “Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik” (Rom, 10,15b).

Mengenai kedatangan ini, Pater Schweitz menulis: “Tanggal 12 April kami berangkat ke Loura. Pelayaran dari Nanga Mesi (Waingapu- Sumba Timur) ke Loura makan waktu dua setengah hari. Tetapi kami tinggal delapan hari di Mamboro … Kami mengutus seseorang menghadap Raja Loura untuk memberitahukan kepadanya tentang kedatanagan kami. Sementara itu kami menanti di Mamboro menunggu kedatangan orang yang kami utus. Tiap-tiap hari kami mengharapkan kedatangan Raja yang berjanji akan datang sendiri. Akhirnya pada hari Sabtu malam Paskah, datanglah putera raja membawa berita yang menggembirakan. Kami boleh-boleh saja datang ke daerah Loura. Keesokan harinya, Minggu Paskah, pagi-pagi buta benar kami mengorbankan misa. Sesudah itu pada hari yang sama kami berlayar. Karena tiupan angin dari timur, maka segera kami tiba di muara Ketewel yang mengalir melintasi daerah Loura. Kami di terima oleh raja-raja Loura dan masyarakat dengan ramah. Umbu Kodi… menyediakan rumah kebunya bagi kami sebagai tempat tinggal”.

(Ini adalah kutipan dari kronak para pionir)

Umat katolik di tanah Sumba yang terkasih!

“Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik” (Rom 10,15b). Keindahan kedatanagn pewarta Injil ke tanah ini, tidak boleh lekang oleh panas. Setiap warga Katolik wajib menjaga kelestarian keindahan ini dengan sendiri menjadi pewarta kabar gembira yang selalu mendatangi sesama untuk membawa kegembiraan, perdamaian dan persaudaraan sejati. Gereja Katolik yang tertanam sejak 125 tahun di pulau Sumba yang tercinta ini, tidak boleh lapuk oleh hujan. Iman kita kepada Kristus yang membawapembebasan harus selalu menjadi segar dalam perbuatan-perbuatan kasih kepada sesama….

Pesta kenangan 125 tahun Gereja Katolik di pulau Sumba bukanlah waktu untuk berpesta pora. Kita mau menggunakan saat-saat kenangan ini, untuk menambah pengetahuan iman kita, memperdalam dan memperkokoh kepercayaan kita kepada TuhanYesus, dan menemukan cara-cara yang jitu untuk mengungkap iman kita dalam perbuatan-perbuatan kasih yang membebaskan kita dan sesama kita dari belenggu-belenggu rohani dan jasmani. Mengenang tidak boleh hanya berarti mengingat kembali peristiwa masa lamapu. Mengenang dalam iman berarti menghadirkan kembali saat-saat penuh rahmat 125 tahun yang lalu, untuk kita jadikan peristiwa yang berguna bagi kehidupan iman kita sekarang dan di sini, di pulau ini.Mengenang Paskah 1889 berarti kita mau menghadirkan kembali di dalam Gereja Katolik di pulau ini, indahnya kedatanagan mereka yang membawa kabar baik;  kita mau menjadikan nyata di dalam diri kitasemangat misioner yang menggebu-gebu pada diri para misionaris pertama; kita mau menghadirkan kembalidi dalam Gereja Katolik di pulau ini cita-cita para misionaris yang datang untuk membawa pembebasan. Tema perayaan kenangan 125 tahun berdirinya Gereja Katolik di pulau Sumba, berjalan bersama tema Tahun Iman: ”MEWARTAKAN INJIL SEBAGAI KEKUATAN ALLAH YANG MEMBEBASKAN”.

Setelah berumur 125 tahun, sebagai Gereja Katolik di pulau ini kita masih mempunyai banyak tugas yang harus kita kerjakan, untuk mewujudkan cita-cita Kristus yang diwartakan oleh para misionaris perdana, yakni membawa kesejahteraan rohani dan jasmani. Kita masih harus belajar untuk menjadi peka dalam hidup sehari-hari, peka dalam hubungan dengan Allah dan peka  dalam hubungan dengan sesama, khusunya dengan mereka-mereka yang miskin dan terlatar serta terbelenggu oleh berbagai kesulitan. Ajaran kristus tentang cinta kasih kepada sesama dan bahkan cinta kepqada musuh tidak boleh menjadi lapuk sebelum terwujud-nyata di dalam keseharian kita. Cinta tanpa korban itu mustahil.Kita harus lebih banyak belajar berkorban untuk mencintai sesama kita dengan tulus. Tak ada kasih yang lebih agung, dari kasih yang menyerahkan nyawa untuk sesamanya.

*******

Inilah sekilar berita tentang: “Gereja perdana di pulau Sumba”. Marilah bersama kami, kita bersyukur atas rahmat Allah yang begitu indah dan besar kepada semua penghuni pulau ini! Dan berdoalah dengan kami, semoga Tuhan Melimpahi RahmatNya “Kesetiian” kepada para semua mesionaris dan para pewarta di Keuskupan ini. Terima kasih, Tuhan memberkati semua. Salam Damai dari kami,  Putri-putri Maria Penolong Umat Kristiani di Palla.