Apel kebhinekaan lintas iman melawan terorisme, radikalisme dan narkoba
Jakarta (Indonesia) – Lebih dari 10000 orang dari sejumlah organisasi masyarakat (ormas) menghadiri upacara “Apel Kebhinekaan bela negara”, 17 Januari 2016 ini, yang didukung organisasi dan lembaga agama di Indonesia terutama Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU), Persatuan Gereja Indonesia (PGI), Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Walubi, Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin) dan Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI).
Sebagaimana diketahui, sebelum acara tersebut berlangsung, Jakarta diguncang ledakan serta baku tembak di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu. Akibatnya, tujuh orang meninggal dan puluhan lainnya menderita luka-luka. Akan tetapi, apel kebhinekaan lintas iman telah dirancang jauh sebelumnya bersama oleh semua lintas agama, karena bahaya-bahaya yang mengancam kesatuan negara sudah tampak dan sangat “darurat”. Tujuan apel ini adalah untuk mempertahankan ideologi negara dan untuk mengingatkan, jika Indonesia adalah sebuah negara yang terdiri dari berbagai suku, agama, dan budaya. Gerakan ini merupakan langkah awal dalam menjaga kebhinekaan dan persaudaraan lintas umat beragama di Indonesia, dan dalam menghadapi terorisme, radikalisme, dan narkoba.
Acara diawali dengan upacara bendera, dimana inspektur upacaranya adalah Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu. Dalam amanatnya, beliau meminta agar masyarakat Indonesia tetap membela Pancasila dan menjadikannya sebagai falsafah berbangsa dan bernegara, hidup berdasarkan UUD 1945. Perlu menjaga keutuhan bangsa, melawan agresor dari dalam dan dari luar yang ingin membawa idealisme lain yang tidak cocok untuk negara Indonesia. Beliau mengarisbawahi bahwa “kalau tidak ber-pancasila, kita hancur”. Perang ke depan tidak menggunakan alat utama sistem persenjataan, tetapi perang cuci otak dengan mempengaruhi pikiran rakyat untuk membelokkan pemahaman terhadap ideologi negara. Untuk mengantisipasinya Menteri Pertahanan Ryamizard menghimbau agar seluruh warga negara mewujudkan nilai-nilai cinta tanah air, setia dan membela negara serta rela berkorban. Selain itu berkomitmen untuk kemanan, kesejahteraan dan perdamaian dunia. “Takdir bangsa Indonesia adalah beragam suku, agama, budaya dan bahasa serta berideiologi Pancasila. Ini harus diakui sebagai karunia Tuhan”, tambahnya.
Hadir dalam upacara ini Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin, Menteri Pemuda dan Olah Raga Imam Nahrawi dan pemimpin agama, seperti Uskup Agung Msgr Ignatius Suharyo, diwakili Ketua Komisi Hubungan Antaragam dan Kepercayaan Msgr Yohanes Harun Yuwono, Ketua PBNU Said Aqil Siradj, Sekjen PBNU Helmy Faisal Zaini, dan tokoh agama dan masyarakat.
Selain upacara bendera, dalam acara itu dilaksanakan juga seruan para tokoh agama, ikrar pemuda lintas agama, doa, pentas kesenian lintas agama dan lintas budaya.
Acara yang bertempat di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat atau di sebelah Selatan Gereja Katedral Jakarta, Minggu, dimulai pukul 13.00 dan berakhir sekitar pukul 18.
Dari Komunitas FMA Jakarta ikut menghadiri Sr Ana Rosalia dan Sr Jacinta Gusmão.