St Thomas Aquinas, filsuf dan teolog Gereja

St Thomas Aquinas, filsuf dan teolog Gereja

Biografi Thomas Aquinas, Filsuf Terbesar Gereja Katolik

Thomas Aquinas lahir di Roccasecca, Italia pada tahun 1255. Menyandang nama Aquinas yang merupakan nama leluhur, ia menjadi orang besar dan berpengaruh pada Abad Pertengahan. Tidak hanya sebagai teolog dan filsuf, Thomas Aquinas juga seorang frater Dominika Italia, Pujangga Gereja yang juga disebut Dokter Gereja, dan termasuk dalam Imam Katolik.
Sebelum menjabat dalam berbagai pekerjaan tersebut, Thomas berkuliah di sebuah universitas yang pada saat itu baru saja didirikan oleh Kaisar Napoli. Ada yang menyebutkan bahwa kala kuliah di sana, Thomas berkenalan dengan Aristoteles dan Ibnu Rusyd.
Sebagian hidup Thomas Aquinas dihabiskan untuk mengajar. Seperti pada tahun 1248, Thomas memulai karier mengajarnya di Cologne, Paris, sebagai seorang professor magang dalam pembelajaran kitab-kitab Perjanjian Lama. Pada saat itu, Thomas adalah seseorang yang pendiam hingga dianggap tidak cekatan oleh muridnya.
Kemudian pada tahun 1256, Thomas ditunjuk menjadi pengajar di Universitas Paris sebagai guru teologi. Pada saat itu juga Thomas Aquinas membuat karya pertamanya yang berjudul “Menentang Mereka yang Menyerang Pemujaan Allah dan Agama”.
Sementara masa-masa terakhir seorang Thomas Aquainas ada pada tahun 1274. Pada saat itu, Thomas akan menghadiri undangan Paus Gregorius X dalam sebuah acara. Sayangnya, dalam perjalanan menuju Konsili, Thomas yang menunggangi seekor kedelai kepalanya terantuk batang pohong yang tumbang sehingga mengakibatkannya sakit parah.
Selama beberapa hari dirawat dan dibawa ke Monte Cassino, Thomas kemudian meregang nyawa pada 7 Maret 1274.

Filsafat Thomas Aquinas

Menariknya, yang membedakan biografi Thomas Aquinas dengan lainnya adalah, Ia tidak melabeli dirinya filsuf sebagaimnana filsuf lain yang sering melabeli dirinya sendiri dengan sebutan filsuf, Thomas Aquinas justru tidak pernah melakukannya.
Thomas juga mengecam filsuf lain yang menurutnya adalah seorang kaum gagal yang memahami hikmat yang benar dan patut yang dapat ditemukan dalam wahyu Kristiani.
Cara pikir Thomas Aquinas juga memberi pengaruh besar pada pada teologi Kristen, terutama dalam Gereja Katolik, setelahnya dan ini masuk dalam kategori filosofis. Walau begitu, Thomas Aquinas masih tetap menghormati Aristoteles dan sering menyebutnya sebagai “sang Filsuf”.
Bahkan, Thomas Aquinas pun menuliskan beberapa tafsir dari tulisan Aristoteles seperti Tentang Jiwa, Etika Nikomakea, dan Metafisika. Bahasa ini diterjemahkan dari Bahasa Yunani Kuno ke Bahasa Latin. Bisa dibilang, Thomas adalah jembatan dan pemodifikasi antara Aristotelianisme dan Neoplatonisme. Dalam pemodifikasian tersebut, Thomas bergantung pada Pseudo-Dionisius.
To one who has faith, no explanation is necessary. To one without faith, no explanation is possible” .St. Thomas Aquinas

Teologi Thomas Aquines

Menarik sekali membahas mengenai Thomas Aquines ini. Sebab, ia memandang teologi sebagai sesuatu yang suci dan tulisan suci dari Gereja dihasilkan dari wahyu kepada sebagian orang. Menurut Thomas Aquines, iman dan pola pikir memang hal yang berbeda, tapi kedua hal tersebut adalah hal utama dalam proses teologi.
Selain itu, Thomas Aquines juga percaya bahwa adanya kebenaran ini dipengaruhi oleh akal manusia itu sendiri dan keimanannya. Memang setiap individu memiliki kemungkinan untuk mencari tahu dan menyimpulkan keberadaan Allah melalui pikiran, tapi tetap lah diyakini karena adanya wahyu Allah melalui Yesus Kristus.