Sakramen Imamat – Pentahbisan Pastor Peter Vergouw SDB

Sakramen Imamat – Pentahbisan Pastor Peter Vergouw SDB

AKULAH POKOK ANGGUR, KAMULAH RANTING-RANTINGNYA (YOH. 15: 5)

Hari Jumat, 15 Juni 2012, pukul 18.00, di Gereja St. Odilia, Citra Raya, Tangerang, telah dilakukan upacara tahbisan imamat 6 imam baru oleh Uskup Agung Jakarta, Mgr. Ignatius Suharyo, Pr. Lima orang dari Kongregasi SS.CC dan seorang dari Kongregasi SDB, yakni: Ryan Ey Peter Vergouw, SDB.

Upacara ini dihadiri oleh lebih dari 60 orang imam dari 2 Kongregasi, termasuk Pastor Carbonel, SDB, Pastor Provincial ITM Joao Paulino,SDB, Pastor Rafael Galve, SDB Delegates for Papua New Guinea, dan Pastor Delegatus Indonesia Yohanes Boedirahardjo,SDB.

Pastor Peter Vergouw adalah imam Salesian putera Indonesia yang ke – 17 dan yang pertama menjadi Missionaris. Tanah misi yang tempat pelayanannya adalah di Komunitas Aramiri, Papua New Guinea.

Panggilah imamat dalam diri Pastor Peter Vergouw bermula dari pengalamannya sebagai anak muda Katolik yang penuh warna-warni dan liku-liku kehidupan. Ia meresa bahwa tak ada imam yang peduli penuh dengan terhadap masalah anak muda. Imam – imam yang ada terasa begitu jauh dari kehidupan mereka. Suatu hari ia bertemu dengan pastor Carbonel, SDB yang memimpin misa di Kolese Gonsaga. Dan pembicaan terjadi di antara mereka sehingga akhirnya ia diundang untuk tinggal di Wisma Salesian Sunter, Jakarta Utara. Setelah beberapa tinggal di sana akhirnya ia jatuh cinta kepada kongregasi SDB.

Di dalam menjalani panggilan, ia mengalami banyak krisis dan keragu-raguan. Namun justru di dalam kelemahan inilah ia semakin dikuatkan. Selain panggilan sebagai SDB satu hal yang membuat ia bertahan adalah panggilan untuk menjadi missionaris. Beberapa tahun yang dilaluinya di Papua New Guinea telah membuatnya terpikat oleh tanah Papua sehingga ia memutuskan untuk menjalankan misinya secara permanen total di sana.

Ibunya pastor Peter, Yosephine Indrayani (Koperator Salesian),  pada hari pentahbisan mengungkapkan: “ Ungkapan kebahagiaan saya dan keluarga tidak dapat terlukiskan dengan kata-kata. Sekalipun dalam kesendirian saya setelah ditinggalkan oleh almarhum papa Peter, saya percara saya tidak sendiri karena Yesus yang akan menuntun saya untuk melangkah dengan iman dalam menjalani kehidupan ini karena saya teringat akan kata-kata Don Bosco: “ jika seorang anak meninggalkan keluarganya untuk menjawab panggilan, maka Yesus sendiri yang akan menggantikan tempat anak itu di dalam keluarga.”